Soroti Sampah MBG, DLH Jatim: Perlu Ada Pengelolaan di Setiap Daerah

Struktur Organisasi

DLH Provinsi Jawa Timur memiliki keprihatinan atas masalah sampah yang diakibatkan oleh program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan berpotensi mempengaruhi lingkungan sekitar.

Kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya Beracun DLH Jatim, Subarja. Menurut Subarja dari Ketik.co.id, MBG dapat memberikan dampak yang luar biasa pada lingkungan, lebih dari kantin yang terbatas.

Subarja, pada Selasa, 21 Januari 2025, berpendapat bahwa ini adalah perkembangan yang luar biasa dibandingkan dengan kantin. Meskipun masih belum merata secara geografis, dampaknya terasa secara serentak dan positif.

Jika program ini diadopsi di seluruh 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, akan ada peningkatan signifikan dalam jumlah sampah yang dihasilkan.

Oleh sebab itu, manajemen yang efektif diperlukan di setiap daerah. Kabupaten dan kota harus memberikan pendampingan dan edukasi tentang pengelolaan sampah makanan dan tempatnya agar lebih baik. Meskipun mendukung MBG, ia juga harus mempertimbangkan dampak sampah dari program tersebut.

“Salah satu cara untuk mengatasi masalah sampah adalah dengan menciptakan sistem ekonomi yang berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan maggot untuk mendaur ulang sampah organik dan menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle),” jelasnya.

Subarja memberikan tanggapan positif tentang proses pengelolaan sampah MBG di Sidoarjo yang berhasil diubah menjadi kompos.

Menurutnya, selain sampah MBG, ada banyak sampah organik sehari-hari yang dapat diolah menjadi kompos oleh masyarakat. Mengelola sampah organik ini juga sangat penting dan berdampak positif bagi lingkungan.

Lain daripada itu, dia juga memberikan saran bagi kabupaten/kota dalam mengatasi masalah sampah di masa depan. Salah satu caranya adalah dengan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk membuat kesepakatan dalam pengelolaan sampah.

“Terkadang sulit untuk menyatukan dinas-dinas yang berbeda, seperti Dinas Pendidikan dan DLH. Namun, kami berharap dapat mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak dalam MOU ini. Kita harus menunggu kebijakan apa yang akan dikeluarkan oleh pihak-pihak terkait nanti,” tambahnya.

Menurut Subarja, MBG adalah program yang bagus dan tidak boleh menimbulkan masalah lain, terutama dalam hal sampah.

Program MBG dapat menjadi kesempatan bagi peserta didik untuk belajar tentang pentingnya memilah sampah. Misalnya, ketika menghadapi sisa makanan yang tidak habis, mereka dapat belajar bagaimana memilah sampah organik dan non organik dengan benar. Hal ini akan membantu mereka memahami betapa pentingnya pengelolaan sampah yang tepat untuk lingkungan.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran lingkungan, pemerintah pusat telah meluncurkan program sekolah Adiwiyata. Program ini memperkenalkan peserta didik tentang pentingnya pengelolaan sampah dan merawat lingkungan sejak dini.

“Edukasi anak-anak adalah hal yang paling penting. Setelah makan, mereka harus belajar tentang pemilahan sampah. Di sekolah, ini juga harus diajarkan,” jelasnya.

Subarja juga berbagi bahwa DLH Jatim sudah lama aktif dalam melakukan pembinaan dan edukasi bagi masyarakat sebelumnya. Salah satu inisiatif yang telah dilakukan adalah program Berseri yang bertujuan untuk mencapai desa-desa dan kelurahan di seluruh Jawa Timur.